Kamis, 09 Mei 2013

Pengertian dan problem-problem dalam filsafat ilmu



BAB 1
 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Manusia adalah makhluk mukallaf yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab. Dengan akal pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut sebagai al-kain al-natin, “makhluk yang berbicara” dan “makhluk yang memiliki ahli luhur”.
            Oleh sebab itu, tidak heran pula jika ada yang mengatakan, bahwa manusia adalah “pencipta kedua” setelahTuhan. Hal ini dapat kita pahami, betapa manusia yang dianugrahi rasio oleh Tuhan itu mampu menciptakan kreasi canggih berupa sains dan teknologi, sementara malaikat diperintah sujud kepadanya (Adam) karena tak mampu bersaing secara intelektual. Kelebihan intelektual inilah yang menjadikan manusia lebih unggul dari pada makhluk lainnya, tetapi ia pun bisa menjadi dekaden, bahkan lebih rendah nilainya dari binatang jika melakukan tindakan yang destruktif, melepaskan imannya.
            Dalam prespektif Islam, ilmu memiliki kedudukan sebagian bagian dari agama dan berfungsi sebagai petunjuk kepada kebenaran, untuk memperoleh kemuliaan disisi Allah dan pembebasan dari kebodohan dan kejahiliahan. Oleh karena itu ia juga sebagai instrumen dan sarana bagi pancapaian tujuan Islam, yaitu kesejahteraan dunia maupun akhirat. Dalam konsep islam, ilmu seharusnya membuahkan iman, dan iman seharusnya membuahkan khusyu’ dan tawadhu’ kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, iman dan amal harus selalu dilaksanakan secara simultan dan menjadi kepribadian Muslim.
            Pada zaman dalu dikalangan umat Islam, flsafat islam merupakan kisah perkembangan dan kemajuan ruh. Begitu pula menganai ilmu mengenai ilmu pengetahuan islam, sebab menurut al-Qur’an seluruh fenomena alam ini merupakan petunjuk Allah, sebagaimana diakui oleh Rosenthall, bahwa tuuan filsafat Islam adalah untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum Allah dan ketidak mampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya, juga untuk menegaskan, bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal.
               
1.2  Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian dari filsafat ilmu?
2.      Bagaimanakah menurut tokoh-tokoh tentang filsafat ilmu?
3.      Bagaimana persamaan dan perbedaan antara filsafat dan ilmu?
4.      Apakah tujuan dari filsafat ilmu?
5.      Apa sajakah problem-problem dalam filsafat ilmu?

1.3  Tujuan Masalah

1.      Mengetahui pengertian dari filsafat ilmu
2.      Mengetahui pendapat para tokoh tentang filsafat ilmu
3.      Mengetahui persamaan dan perbedaan antara filsafat dan ilmu
4.      Menegtahui tujuan dari filsafat ilmu
5.      Mengetahui problem-problem dalam filsafat ilmu















BAB II
PEMBAHASAN

2.1   PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

Sebagaimana pendapat umumnya, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berfikir rasional-logis, mendalam dan bebas untuk memperoleh kebenaran. Kata ini berasal dari Yunani Philos yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom).
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, demikian pula seni dan agama. Jadi dalam pengetahuan tercakup didalam ilmu, seni dan agama. Filsafat sebagaimana pengertian semula bisa dikelompokkan ke dalam bagian pengetahuan tersebut, sebab pada permulaanya filsafat dengan identik dengan pengetahuan (baik teoretik maupun paraktik).[1]
Secara garis besar, Jujun S. Suriasumantri menggolongkan pengetahuan menjadi tiga ketegoti umum, yakni: 1) pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk (etika/agama), 2) pengetahuan tentang indah dan yang jelek (estetika/seni), 3) pengetahuan tentang yang benar dan yang salah (logika/ilmu). Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelas-kan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tak lagi merupakan misteri.
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi.

2.2   FILSAFAT ILMU MENURUT TOKOH-TOKOH

ð  Phytagoras (572 - 497 SM) sebagai orang pertama yang memakai kata philosopia yang berarti pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom) bukan kebijaksanaan itu sendiri.
ð  Plato (427- 347 SM) mengartikannya sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya mencapai kebenaran yang murni dan hakiki, atau pemikiran tentang sebab-sebab dan asas-asas dari segala sesuatu yang ada.
ð  Aristoteles (382 – 322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang senantiasa mencari  kebenaran .
ð  Al- Farabi (870 – 950 ) mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan hakekat alam yang sebenarnya.
ð  Descartes (1590 – 1650) mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang Tuhan, alam dan manusia.
ð  Immanuel Kant (1724 – 1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.  Menurut Kant ada empat hal yang dikaji dalam filsafat yaitu: apa yang dapat manusia ketahui? (metafisika), apa yang  seharusnya diketahui manusia ? (etika),  sampai dimana harapan manusia? (agama) dan apakah manusia itu ?  (antropologi)[2]
  Kenyataannya semua definisi filsafat di atas tidak pernah dapat menampilkan pengertian yang sempurna karena setiap orang selalu berbeda cara dan gaya dalam mendefinisikan suatu masalah.
  Dengan demikian filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat, manusia berusaha menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikran, realitas dan kejadian.

2.3   PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
            Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1.      Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek
2.      Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau kohern yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
3.      Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
4.      Keduanya mempunyai metode dan system
5.      Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuaan yang lebih mendasar.[3]

Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1.      Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
2.      Objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, sfesifik dan intensif.

2.4   TUJUAN FILSAFAT ILMU
Tujuan filsafat ilmu adalah:
1.      Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2.      Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mempunyai gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3.      Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
4.      Mendorong kepada para calon ilmuwan dan ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
5.      Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.[4]





2.5   PROBLEM-PROBLEM DALAM FILSAFAT ILMU
Banyak sekali pendapat para filsuf ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk medapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-pendapat berikut:
1.      A. Cornelius Benjamin
Filsuf ini menggolong-golongkan segenap persoalan filsafat ilmu dalam tiga bidang:
a.       Bidang pertama meliputi semua persoalan yang bertalian secara langsung atau tidak langsung dengan suatu pertimbangan mengenai metode ilmu.
b.      Persoalan-persoalan dalam bidang kedua dalam filsafat ilmu agak kurang terumuskan baik dari problem-problem tentang metode. Dalam suatu makna, banyak darinya merupakan pula persoalan-persoalan metode. Tetapi, penunjukannya secara langsung lebih kepada pokok soal daripada kepada prosedur sehingga persoalan-persoalan itu menyangkut apa yang umumnya disebut pertimbangan-pertimbangan metafisis dalam suatu cara bidang terdahulu tidak menyangkutnya. Ini bertalian dengan analisis terhadap konsep-konsep dasar dan praanggapan-praanggapan dari ilmu-ilmu.
c.      Bidang ketiga dari filsafat ilmu, terdiri dari aneka ragam kelompok persoalan yang tidak mudah terpengaruh oleh suatu penggolongan sistematis. Kesemua itu dapat secara kasar dilukiskan sebagaimana bersangkut paut dengan implikasi-implikasi yang dipunyai ilmu dalam isi maupun metodenya bagi aspek-aspek lain dari kehidupan kita.

2.      Michael Berry
Penulis ini mengemukakan dua problem yang berikut:
a.       Bagaimanakah kuantitas dari rumusan dalam teori-teori ilmiah (misalnya suatu ciri dalam genetika atau momentum dalam mekanika Newton) berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah diluar pikiran kita?
b.      Bagaimanakah dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah ‘benar’ berdasarkan induksi dari sejumlah persoalan yang terbatas?




3.      B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli ini problem-problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun enam puluhan ialah:
a.       Metodologi (Hal-hal yang menonjol yang banyak diperbincangkan adalah mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, dan teori pengukuran).
b.      Landasan ilmu-ilmu (ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematik).
c.       Ontologi (Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep-konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas teoritis).

4.      Davih Hull
Filsuf biologi ini mengemukakan persoalan yang berikut:
Persoalan menyampingkan yang meliputi jilid-jilid belakangan ini (seri Foundations of Philosophy) ialah apakah pembagian tradisional dari ilmu-ilmu empiris dalam cabang-cabang pengetahuan yang terpisah seperti geologi, astronomi dan sosiologi mencerminkan semata-mata perbedaan dalam pokok soal ataukah hasil dari perbedaan pokok dalam metodologi.
Secara singkat, adakah suatu filsafat ilmu tunggal yang berlaku merata pada semua bidang ilmu kealaman, atau adakah beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok dalam ruang lingkupnya sendiri?

5.      Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a.     Struktur Ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah;
b.     Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.

6.      J. J. C. Smart
Filsuf ini mengumpamakan kalau seorang awam bukan filsuf membuka-buka beberapa nomor dari majalah Amerika serikat berjudul Philosophy of Science dan majalah Inggris The British Journal of the Philosophy of science, maka akan dijumpainya dua jenis persoalan:
a.     Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu, misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan teori dan cara-cara merumuskan konsep ilmiah.
b.     Perbincangan filasafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan alam semesta.

7.      Joseph Sneed
Menurut filsuf ini, pembedaan dalam jenis problem-problem filsafat ilmu khusus (misalnya variable tersembunyi, determinisme dalam mekanika quantum) dan jenis problem-problem filsafat ilmu seumumnya (misalnya ciri-ciri teori ilmiah) yang telah umum diterima adalah menyesatkan. Hal itu dinyatakannya demikian, “Saya menyarankan bahwa dualitas diantara problem-problem filsafat ilmu ini adalah menyesatkan. Saya berpendapat bahwa problem-problem filasafati tentang sifat dasar ilmu seumumnya tidaklah, dalam suatu cara yang mendasar, berbeda dengan problem-problem filasafati yang bertalian semata-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara khusus tidaklah ada makna khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya merupakan sustu usaha normative, sedangkan filsafat ilmu-ilmu khusus tidak.”

8.      Frederick Suppe
Menurut filsuf ini, problem yang paling pokok atau penting dalam filsafat ilmu adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah. Alasannya ialah kerena teori merupakan roda dari pengetahuan ilmiah dan terlibat dalam hampir semua segi usaha ilmiah. Tanpa teori tidak akan ada problem-problem mengenai entitas teoritis, istilah teoritis, pembuktian kebenaran, dan kepentingan kognitif. Tanpa teori yang perlu diuji atau diterapkan, rancangan percobaan tidak ada artinya. Oleh karena itu hanyalah agak sedikit melebih-lebihkan bilamana dinyatakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu analisis mengenai teori dan peranannya dalam usaha ilmiah.

9.      D.W. Theobald
Menurut filsuf ini, dalam filsafat ilmu terdapat dua kategori problem yaitu:
a.      Problem-problem Metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan diantara mereka. Misalnya analisis probabilitas, peranan kesederhanaan dalam ilmu, realitas dari entitas teoritis, dalil ilmiah, sifat dasar penjelasan, dan hubungan antara penjelasan dan peramalan.
b.      Problem-problem tentang ilmu yang menyelidiki arti dan implikasi dari konsep-konsep yang dipakai para ilmuwan. Misalnya kausalitas, waktu, ruang, dan alam semesta.

10.  W. H. Walsh
Filsuf sejarah ini menyatakan bahwa filsafat ilmu mencakup problem yang timbul dari metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan persyaratan dari pengetahuan ilmiah.

11.  Walter Weimer
Ahli ini mengemukakan empat problem yang berikut:
a.      Pencarian terhadap suatu teori penyimpulan rasional (ini berkisar pada penyimpulan induktif, sifat dasarnya dan pembenarannya).
b.      Teori dan ukuran bagi pertumbuhan atau kemajuan ilmiah (Ini berkisar pada pertumbuhan pengetahuan ilmiah, pencarian dan penjelasannya. Misalnya dalam menilai bahwa teori Einstein lebih unggul daripada teori sebelumnya, apakah ukurannya?)
c.       Pencarian terhadap suatu teori tindakan Pragmatis (dalam menentukan salah satu teori di antara teoriteori yang salah, bagaimanakah caranya untuk mengetahui secara pasti teori yang paling terkecil kesalahannya?)
d.      Problem mengenai kejujuran intelektual (Ini menyangkut usaha mencocokkan prilaku senyatanya, dari para ilmuwan dengan teori yang mereka anut setia).

12.  Philip Wiener
Menurut beliau para filsuf ilmu dewasa ini membahas problem-problem yang menyangkut :
a.      Struktur logis atai ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu.
b.      Saling hubungan diantara ilmu-ilmu.
c.       Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahapan-tahapan lainnya dari peradaban, yaitu kesusilaan, politik, seni dan agama.

Problem-problem filsafat seumumnya bilamana digolong-golongkan ternyata berkisar pada enam hal pokok, yaitu pengetahuan, keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan.
Berdasarkan keenam sasaran itu, bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi dalam enam cabang pokok, yaitu epistemologi (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori penyimpulan), etika (ajaran moralitas) dan estetika (teori keindahan). Oleh karena filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat seumumnya, problem-problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga dapat digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang-cabang pokok filsafat itu.

Dengan demikian, seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat ditertibkan menjadi :
1.      Problem-problem epitesmologis tentang ilmu
2.      Problem-problem metafisis tentang ilmu
3.      Problem-problem metodologis tentang ilmu
4.      Problem-problem logis tentang ilmu
5.      Problem-problem etis tentang ilmu
6.      Problem-problem estetis tentang ilmu

Problem-problem epitemologis, metafisis, dan logis yang bertalian dengan ilmu-ilmu mulai memperoleh perhatian para filsuf dan ilmuwan pada awal abad XIX.28 Problem-problem secara metodologis telah secara tegas disebutkan oleh D. W. Theobald dimuka sebagai salah satu kategori problem dalam filsafat ilmu. Problem- problem etis yang menyangkut ilmu juga telah disebutkan dimuka oleh Walter Weimer (menyangkut kejujuran intelektual para ilmuwan dan oleh Philip Weiner (menyangkut hubungan ilmu dengan kesusilaan sebagai suatu segi perdaban manusia). Problem-problem estetis yang menyangkut ilmu pada dasawarsa terakhir ini dimulai menjadi topik perbincangan oleh sebagian filsuf dan ilmuwan. Dalam tahun 1980 diadakan sebuah konperensi para ahli yang membahas dimensi estetis dari ilmu.[5]












BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat, manusia berusaha menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikran, realitas dan kejadian.
Adapun kesimpulan yang bisa didapat dari pembahasan problem-problem dalam filsafat ilmu adalah sebagai berikut.
1.  Problem Menurut  A. Cornelius Benjamin
Benjamin merinci aneka ragam problem filsafat ilmu dalam tiga bagian: pertama persoalan yang mengenai hubungan-hubungan teoritis antara ilmu dengan usaha manusia yang lain untuk memahami , menilai dan mengendalikan dunia ; kedua persoalan yang bersangkut paut dengan implikasi-implikasi teoritis dari kebenaran-kebenaran tertentu dalam ilmu sejauh ini mengubah pertimbangan-pertimbangan kita dari bidang-bidang lain dari pengalaman-pengalaman kita ; ketiga persoalan yang bertalian dengan efek-efek praktis.
2.  Problem Menurut  Michael Bery
a.  Bagaimanakah kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah (misalnya suatu ’ciri’ dalam genetika atau momentum dalam mekanika Newton) bertalian dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah di luar pikiran kita?
b.  Bagaimanakah dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah ‘benar’ berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
3.   Problem Menurut  B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut para filsuf ini tiga hal mendasar yang menjadi problem utama dalam filsafat ilmu adalah metodologi, landasan ilmu, dan ontologi.
4.   Problem Menurut  David Hull
Menurut David Hull problem dalam filsafat ilmu secara singkat adalah, adakah suatu filsafat ilmu tunggal yang berlaku merata pada semua bidang ilmu kealaman, atau adakah beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok dalam ruang lingkupnya sendiri? 


5.   Problem Menurut  David Victor Lezen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a.    Struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah.
b.   Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.

6.   Problem Menurut  J.J.C. Smart
Menurut J.J.C Smart problem dalam filsafat ilmu ditekankan dalam dua hal, yaitu pertanyaan tentang ilmu dan perbincangan filsafat yang menggunakan ilmu.

7.   Problem Menurut  Joseph Sneed
Menurut Joseph Sneed, pembedaan dalam jenis proble dalam filsafat ilmu khusus dan jenis problem dalam filsafat ilmu seumumnya yang telah umum diterima adalah menyesatkan. 

8.    Problem Menurut  Fredric Suppe
Menurut Fredric Suppe, problem yang paling pokok dalam filsafat ilmu adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah.
9.    Problem Menurut  D. W Theobald
Menurut filsuf ini , dalam filsafat ilmu terdapat dua kategori problem, yaitu :
a.  Problem-problem metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan diantara mereka.
b. Problem-problem tentang ilmu yang menyelidiki artidan implikasi dari konsep-konsep yang di pakai para ilmuwan.

10.   Problem Menurut  W. H. Walsh
Filsuf sejarah ini menyatakan bahwa filsafat ilmu mencakup sekelompok problem yang timbul dari metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan persyaratan dari pengetahuan ilmiah .
11.     Problem Menurut  Walter Weimer
Ahli ini mengemukakan empat problem yang berikut :
a.      Pencarian terhadap suatu teori penyimpulan rasional
b.      Teori dan ukuran bagi pertumbuhan atau kemajuan ilmiah
c.       Pencarian terhadap suatu teori tindakan Pragmatis
d.      Problem mengenai kejujuran intelektual
12.    Problem Menurut  Philip Wiener
Menurut Philip Wiener para filsuf ilmu dewasa ini membahas problem-problem yang menyangkut:
a.    Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu.
b.    Saling hubungan di antara ilmu-ilmu.
c.    Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnya dari peradaban, yaitu kesusilaan, politik, seni, dan agama.

3.2     Saran – Saran
a.     Kami menghimbau kepada teman – teman seperjuangan untuk mencari lebih luas tentang pengertian beserta problem-problem dalam filsafat ilmu yang belum bisa kami bahas pada makalah kami ini.
b.     Kami mengharap kepada teman – teman untuk lebih kompak dalam mengerjakan tugas sehingga dapat mendapat manfaat dari adanya pembuatan tugas dengan  utuh dan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Demikian sajian makalah ini mudah – mudahan apa yang kami uraikan pada makalah ini bisa memberi manfaat bagi kami dan yang mengkaji makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini pasti masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada penulisan makalah  mendatang.









DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu. Rajawali Pers.
Gie, The Liang. 2007. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Zainuddin. 2011. Filsafat Ilmu: Perspektif Pemikiran Islam. Yogyakarta: Naila Pustaka.


[1] Zainuddin, Filsafat Ilmu: Perspektif Pemikiran Islam, Yogyakarta. Naila Pustaka, 2011, hlm: 22. 
[2] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Edisi Kedua), Yogyakarta. Liberty Yogyakarta, 2007, Hlm: 29-55.
[3] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Rajawali Pers, 2011.
[4] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Rajawali Pers, 2011.
[5] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Edisi Kedua), Yogyakarta. Liberty Yogyakarta, 2007, Hlm: 76-83.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar