AKSIOLOGI
A.
Pengantar
Persoalan nilai
dalam kajian filsafat sebernarnya bukanlah salah satu yang sama sekalimbaru.
Tema-tema yang menjadi beberapa pokok persoalan dalam aksiologi telah dibahas
oleh para filsuf sebelumnya. Plato misalnya, telah membhas tentang keindahan
dan kebaikan yang merupakan tema yang penting dalam aksiologis namun demikin
sebagai sebuah kajian filsafat yang khusus baru muncul untuk pertama kalinya
pada paroh kedua abad ke-19.
Pada bagian ini
akan dibahas beberapa hal terkait denagn aksiologi sebagai langkah awal dalam
mempelajari persoalan ini. Beberapa poin yang akan dibahas dala konteks ini
adalah : pengkajian ciri nilai, persoalan objektivitas, dan subjectivitas nilai
serta etika dan estetika.
B.
Pengertian aksiologi
Aksiologi berasal
dari bahasa yunani axios nilai dan logos artinya ilmu, penaran atau teori. Aksiologi
dipahami secara bahasa sebagai teori tentang nilai atau rasionalis nilai. Secra
istilah, aksiologi dipahami sebagi cabang filsafat yang membahas persoala
nilai. Aksiologi tidak lain adalah the teory of values. Aksiologi dalam
menifestasinya misalnya membahas tentang
mengapa sesuatu itu dikatakan baik/buruk dan indah/tidak indah (jelek).
Dalam
ensiclopedia of philoshophy seperti yang dikutip bakhtiar (2005: 164), aksiologi
dinamakan dengan velue and voluation. Ada tiga bentuk velue dan veluation ada
tiga:
1)
Nilai
digunakan sebagai kata benda absrak
Dalam
pengertian yang lebih sempit seperti menarik, baik dan bagus. Dalam artian luas
mencakup sebagai tambahan bentuk kewajiaban, kebenaran dan kesucian .
2)
Nilai
sebagai kata benda kongkret
Contohnya ketika kita berkata nilai dipakai untuk merujuk kepada
sesutau yang bernilai. Menilai umumnya yang dekat dengan makna mengevaluasi
sesuatu hal.
3)
Nilai
juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan
dinilai.
Aksiologi,
menurut hunnex (2004:55) setidaknya mempertahnkan tiga hal yaitu:
a)
Apakah
nilai itu sebuah kualitas, hubungan atau sikap?
b)
Apakah
nilai itu merupakan sesuatu yang ditemukan atau dibuat?
c)
Apakah
nilai dapat dianalisis?
Jika “ya” maka sesungguhnya apa kegunaan
analisis tersebut. Aksiologi berupa untuk memberikan jawaban secara rasional
sebuah nilai.
C.
Ciri nilai
Nilai pada
hakikatnya adalah sebuah kualitas. Kualitas sebuah benda menurut scheler dapat
dibedakan menjadi tiga:
a)
Kualiatas
primer
Yaitu
kualitas benda yang tiak boleh tidak pasti ada dalam sebuah benda. Dalam objek,
kualitas primer menjadi hal pokok bagi keneradaan objek bersangkutan, misalnya
keluasan, betuk dan bobot. Tidak satu pun objek tersebut berada jiaka salah
satu kualitas tersebut hilang.
b)
Kualitas
kedua ( sekunder)
Kualitas
ini contohnya adalah warna karena warna adalah salah satu penupang keberadaan
sebuah benda.
c)
Kualitas
ketiga ( tersier)
Frondzi menjelaskan bahwa bahwa setidaknya nilai memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
Bersifat
parasit
b.
Hierakhis
c.
Non
subtansi
Alasannya
karena kualitas nilai dalam perwujudannya di dunia inderawi ini tidak dapat ada
pada dirinya sendiri, nilai termasuk dalam golongan objek yang tidak
independen. Ia bersifat parasit dan sekaligus merupakan objek yang tidak
memiliki subtansi. Karena bersifat non subtansi maka nilai tidak mempengaruhi
materi sebuah benda.
Moldor
(1994) menjelaskan bahwa nilai banyak ragam. Ia menyebutkan ada berapa nilai
sebagai berikut:
·
Niai
hidup ( sehat, sakit dll)
·
Nilai
nikmat (ria- duka)
·
Nilai
guna (manfaat-mudharfot)
·
Nilai
intelek (cedas-bebel)
·
Nilai
estetika (harum-busuk)
·
Nilai
etika (bakti- durhaka)
·
Nilai
religi (taat- ingkar)
Dalam konteks ini, sesunggguhnya kita bisa memahami menghafal
al-quran menjelaskan bahwa apapun yang diciptakan oleh tuhan tidak ada sesuatu
yang sia-sia sedikitpun demikian juga
mengapa kita dilarang untuk berburuk sangka terhadap sasuatu dan menganjurkan
untuk berbaik sangka.
D.
Objektivitas dan subjektivitas nilaietika dan etetika
Sebagai mana
yang dijelaaskan oleh honnex (2004: 56), yaitu:
a.
Objektivisme
atau realisme aksiologis
Menurut
pandangan ini nilai merupakan sesuatu yang dianggap objektif. Nilai, norma, ideal
dan sebainya merupakan unsur atau berada dalam objek atau berada dalam realitas
objektif, atau dia dianggap berasal dari suatu objek melaui ketertarikan. Nilai
berada dalam satu objek. Nilai terletak dalam realitas.
Menurut
kaum idealisme sepeti yang dijelaskan bosanquet nilai adalah kualitas terentu
dari suatu objek, kejujuran padanya, namun menifestasinya diilhamkan kedalam
sikap pikiran manusia. Menurut fenomenologi, seperti scheler nlai adalah esensi
yaitu etitas yang ada dengan sendirinya yang diituisikan secara emotional.
b.
Subjektivisme
aksiologi
Teori-teori
yang berkenaan dengan pandangan ini mereduksi nilai kedalam pernyataan yang
terkait dengan sikap menal terhadap suatu objek atau setuasi. Parker seorang
yang beralihan humanisme berpandangan bahwa nilai kepunyaan pikiran. Keputusan
terhadap hasrat adalah nilai yang sesungguhnya.
c.
Rasionalisme
aksiologis
Pendapat
ini berasal dari teori yang nenyatakan bahwa nilai adalah relasi saling terkait
antara variable- variable atau sebuah produk dari vaiable-variable yang saling
berinteraksi.
Duwei
berpandangan bahwa nilai adalah ketetapan hati atau kepuasan harmonis dari
konfiks-konflik yang terjadi dalam keadaan lingkukangan atau sosial yakni dalam
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
d.
Minimalisme
skeptisisme (emotifisme ) aksiologis
Teori ini
berpandangan bahwa enentuan nilai adalah ekspresi emosi atau usajha untuk
membujuk. Yang semuanya tidak faktual. Dalam perspektif emovitisme ini nilai
adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dan bersifat emotif, meski memiliki
makna secara factual. Nilai sama sekali tidak dapat digambarkan sesuai keadaan
suatu objek, atau sebgai hubungan.
Menurut bkhtiar (2005: 166) apakah nilai itn bersifat subjektif
atau objektif sangat tergantung pada
hasil pandangan yang muncul dalam filsafat.
E.
Etika dan etetika
a.
Etika
Etika
berasal dari kata yunani ethos dan ethiko. Ethos berarti sifat, watak,
kebiasaan. Ethikops berarti asusila, keadaban, kelakuakn dan tingkah lau yang
baik. Kata ini dekat dengan kata moral yang bgerasal dari bahasa latin mores
yang berarti adat-istiadat, kebiasaan, watak dan kelakuan dan ara hidup. Etika pada hakikatnya membahas tentang rasionalis
ilai tindakan manusia, tentang baik dan buruknya suatu tindakan manusia. Karena
itu etika sering juga disebut dengan filsafat moral.
Kihajar
dewantara mengatakan bahwa etika adalah ilmu ynag mempelajari segala soal
kebikan dan keburukan dalam hidup
manusia keseluruhan, terutama mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat
menjadi perimbangan dan perasaan.
Rappar
membedakan etika menjadi tiga :
·
Etika
deskriptif
Etika
ini menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral secara
descriptif.
Etika deskriptif dibagi menjadi dua:
I.
Sejarah
moral
Hal
ini yang meneliti tentang cita-cita, aturan-aturan dan norma-norma moral yang
pernah berlaku dalam kehidupan manusia dalam kurun waktu dan tempat tertentu.
II.
Fenomenologi
moral
Merupakan
penentuan arti dan makna moralitas dan beragam fenomena yang ada.
·
Etika
normatif
Etika normatif
dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran atau norma yang dapat
dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan. Etika ini menjelaskan
nilai-nilai yang seharusnya dilakukan serta memungkinkan manusia untuk mengukur
tentang apa yang terjadi.
Etika ini
mengandung dua bagian besar:
-Pertama,
membahas mengenai teori nilai dan teori keharusan
-Kedua,
membahas tentang etika tentang teologis dan etika deontologis. Teori ini
mempersoalkan tentang sifat kebaikan sedangkan teori keharusan membahs tentang
tingkah laku.
Teologis
berasal dari kata telos yang artinya tujuan, itulah sebabnya dalam etika
teologis yang dikedepankan adalah aspek tuan.
Aristoteles
dalam membahas tentang tujuan, dia membedakan menjadi dua perspektif :
ü Ada yang dicari demi tujuan yang lebih jauh
ü Ada yang dicari demi diri sendiri
·
Meta
etika
Merupakan
studi analisis terhadap disiplin etika. Teori ini baru muncul pada abad ke 20. Ada beberapa
teori yang disodorkan oleh aliran yang terkenal dalam matetika:
ü Teori naturalistis
Berpendapat
bahwa pertimbangan-pertimbangan moral dapat dilakukan lewat penyelidikan
ilmiah.
ü Teori koknitifis
Pertimbangan-pertimbangan
moral dapat mmengalami kekeliruan atau tidak selalu benar
ü Teori intuitif
Pengetahuan
yang baik dan benar diperoleh secara intuitif
ü Teori subjektif
Pertimbangan
moral hanya dapat mengungkapkan fakta subjektif tentang sikap dan tingkah laku
manusia.
ü Teori emotif
Petimbangan
moral tidak mengungkapkan sesuatu apapun kendati secara subjektif. Pertimbangan
moral tidak lebih dari satu ungkapan emosi semata
ü Teori inperatif
Istilah-istilah
moral sesungguhnya hanya merupakan istilah semata dari keharusan-keharusan atau
perintah-perintah.
b.
Estetika
Estetika
berasal dari bahasa yunani aethesis yang berarti penerapan inderawi, pemahaman
intelektual. Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art) dan
keindahan (beuty). Art sendiri berasal dari kata art yang berarti seni, keterampilan, ilmu dan
kecakapan.
Estetika
dibagi menjadi dua golongan :
Pertama,
estetika descriptif
Menguraikan dan
melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan.
Kedua, estetika normatif
Mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar dan ukuran pengalaman
keindahan.
Perihal keindahan yang dipaparkan oleh the liang gie dalam flsafat
keindahan berikut ini:
·
Mortimer
adler
Keindahan adalah sifat dari suatu benda yang memberikan kesenangan
yang tidak nerkepentingan yang bisa kita memperolehnya semat-mata dari memikirkan
atau melihat bendaindividual itu sebaimana adanya.
·
Tomas
aquinas
Merumuskan
keindahan sebagai suatu yang menyenangakan ketika dilihat
·
Charles
j. Bushenell
Keindahan adalah kualitas yang mendatangkan penghargaan mendalam
tentang berbagai nilai atau ideal yang mendatangkan semangat.
·
Immanuel
khant
Keindahan suatu yang menyenangkan tidak melalui kesan ataupun
konsep, melainkan kemestian yan subjektif dalam suatu cara yang seketika.
·
George
santayana
Kindahan adalah
kesenangan yang dianggap sebagai sifat dari suatu benda.
Sedangkan dari sisi kategori keindahnan , dikenal ada tiga pasang
kategori estetis yaitu :
·
Kategori
yang agung atau kategori yang elok
·
Katagori
yang komis dan katagori yang tragis
·
Katagori
yang indah dan katagori yang jelek.
Menurut djalantik, menggolongkan keindahan tersebut kepada dua
golongan:
·
Keindahan
alami
Keindahan yang
tidak dibuat oleh manusia seperti laut, gunung, dll
·
Hal-hal
yang indah yang diciptakan atau yang diwujudkan oleh manusia yang kita
mengenalnya dengan barang kesenian.
F.
Penutup
Aksiologi
adalah cabang filsafat utama yang ketiga. Aksiaologi membahas persoalan nilai
bak yang berkenaan dengan baik dan buruknya tindakan manusia, maupun berkenaan
dengan indah atau jeleknya sesuatu.
Dalam
pembahasan aksiologi, selain membahas tentang hakikat nilai adalah hal yang
tidak dapat dipisahkan dari persoalan aksiologi yaitu tentang etika dan
etestika. Karena pembahasan tentang hal dua ini sanagat luas, seringkali
pembahasan tentang keduanya berdiri sendiri-sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar